crysanthemum

crysanthemum
bibit bunga crysan

crysanthemum

crysanthemum
bunga crysan

Sabtu, 05 Oktober 2013

crysanthemum


Tanaman hias khususnya krisan  mempunyai peluang pasar yang menjajikan, terkait dengan kebutuhan pasar yang sangat luas selain pasar eksport juga pasar local, maupun antar pulau, jarak antar kabupaten relatif dekat dengan kondisi jalan baik, sehingga memberikan keuntungan produk akan lebih segar sampai tujuan. Dilain pihak petani telah memiliki keterampilan sehingga lebih mudah untuk memotivasi menjadi petani tanaman hias yang andal. Menurut data statistic tanaman hias Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali dari tahun 2005 -2007 terus mengalami peningkatan ( 2005 = 14.909 tangkai, 2006= 49.783 tangkai dan 2007=59.587 tangkai)
            Pengembangan tanaman hias khususnya di desa Pancasari akan menumbuhkan sentra produksi baru, dan peningkatan kesadaran masyarakat pada rasa estitika, juga akan  memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga.  Selama ini di Pancasari telah berkembang  beberapa tanaman hias yang sudah adaptif dengan kondisi agroklimat setempat serta berpeluang pasar yang menjajnjikan untuk kepentingan pariwisata. Yang menjadi kendala karena budidaya yang dilakukan secara konvensional menyebabkan kualitas bunga dan kontinyuitas pasar tidak bisa dipenuhi. Disamping itu permasalahn yang dihadapi dalam pengembangan tanaman hias : terbatasnya penyediaan benih unggul yang dibutuhkan petani, ketersediaan air terutama pada lahan kering pada musim kemarau, permodalan petani terbatas, skala usaha realtif kecil, kualitas produk yang rendah dan kurangnya sarana dan parasana yang dimiliki untuk menunjang tuntutan pasar, serta cenderung sulitnya produk-produk local menembus Hotel.
    Pancasari yang berada diketinggian kurang lebih  1200 dari permukaan laut,  kadang-kadang mengalami kondisi alam yang ekstrim, yang kurang menunjang bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan pada alam terbuka. Untuk menunjang tutuntutan pasar dan agar bisa bersaing maka diperlukan system budidaya dengan Green House, sehingga kualitas yang diinginkan pasar dapat terjamin, karena tanaman yang dibudidayakan dapat terlindung dari pengaruh iklim yang kurang menguntungkan, serta tanaman dapat berproduksi sepanjang tahun.
            Dengan berkembangnya pariwisata, tidak saja yang dibutuhkan komoditi yang bisa dikonsumsi oleh wisatawan. Tetapi juga produk yang memberikan estitika seperti Bunga, padahal sebelum berkembangnya produk-produk diatas desa ini pernah sebagai penghasil bunga Lily Putih yang terkenal, bahkan dengan bunga ini petani  mampu menghidupi keluarganya. Sekarang mulai sedikit demi sedikit bunga lily mulai dikembangkan oleh petani dan adanya bantuan dari Pemerintah untuk mengembalikan kejayaan bunga tersebut jangan sampai punah.  Selain bunga tersebut petani mulai melirik jenis-jenis bunga  lain   yang dibutuhkan pasar seperti : Gerbbera, Sedap Malam, Gladiol, Anthurium, Cala lily, Babys Breth, Pikok dan Krisan, serta jenis bunga daun seperti Philodendron, Leather Leaf, Ruskus, Italian Leaf, Crisdoren, Cordenia dan jenis lainnya.
            Salah satu bunga yang telah berkembang pesat di desa ini dan telah diusahakan secara komersial oleh beberapa petani adalah Krisan, hal ini terkait dengan peluang pasar yang cukup cerah serta kondisi iklim yang sangat sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini dan disisi lain kebutuhan tanaman ini cukup besar, dan sementara masih sebagian besar dipasok dari luar Bali.
            Menurut data Statistik Produksi Tanaman Hias, Dinas Tanaman Pangan Provinsi Bali, terjadi peningkatan produksi bunga krisan sebagai bunga potong dari tahun 2005-2007 seperti : 14.909 tangkai tahun 2005, 49.783 tangkai tahun 2006 dan 59.587 tangkai di tahun 2007. Lebih lanjut dinyatakan produksi bunga krisan tidak menyebar diseluruh kabupaten kota di Bali, tapi hanya ada di tiga kabupaten yaitu Buleleng, Tabanan dan Karangasem dengan produksi masing-masing : 39.775 tangkai, 19.509 tangkai dan 2.940 tangkai.  Dari data tersebut kabupaten Buleleng merupakan daerah yang paling berpotensi untuk pengembangan tanaman krisan dan menjadi peluang yang menjanjikan bagi petani untuk menyediakan bunga krisan sebagai bunga potong.  Sedangkan disatu sisi peluang pasar cukup menjajikan karena serapan pasar untuk kebutuhan florist yang ada di Bali Khususnya Denpasar sekitar kurang lebih 36.000 tangkai per hari, sedangkan kemampuan petani  di kabupaten Buleleng khususnya di desa Pancasari  baru mampu berproduksi sekitar 184.500 tangkai  per tiga bulan atau rata-rata per hari baru bisa memasok 2.000 tangkai, sehingga baru sebagain kecil kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi oleh petani penanam krisan.  Dan hal ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi bunga potong krisan untuk dikembangkan, serta dapat dijadikan komoditi handalam dikemudian hari, disamping secara geografis daerah ini mendukung untuk agroklimatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar